Hadits di bawah ini terdapat dalam sunan Tirmidzi,
hadits nomor 1858. Imam Tirmidzi mengatakan derajat hadits ini hasan shahih.
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzy Syarah Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa hadits ini
diriwatkan pula oleh Malik, Al-Bukhari (bab adab, hadits no 5604), Abu Dawud
(bab adab, hadits no 4264), An-Nasa’I dan Muslim (bab al-birru wa
ash-shilah, hadits no 4642).
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ
الْعَطَّارُ وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ
الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا
وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ
أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ
وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَالزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ
وَابْنِ مَسْعُودٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ
Adapun
hadits dari Abu Bakar Ash-Shidiq diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya,
hadits dari Jubair bin Awwam diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Bazzar
dengan sanad jayyid, juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqy. Adapun hadits
dari Ibnu Umar diriwayatkan oleh At-Tirmidzy setelah hadits di atas, hadits
dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi
juga meriwayatkannya secara ringkas
dalam bab prasangka buruk.
Karena hadits ini terdapat dalam Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim, tak diragukan lagi oleh mayoritas umat Islam bahwa
kedua kitab hadits ini merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Karena
hadits-hadits dalam kedua kitab ini terkenal dengan shahih dan marfu’ dengan para rawi
yang ‘adil dan dlabit.
Dua hadits tentang hasud berikutnya diriwayatkan melalui jalur Abu Hurairah dan Anas Bin Malik dan keduanya dinilai shahih dan hasan lighairihi oleh ahli hadits
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ
الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا
عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ
ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي
يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ الْبَغْدَادِيُّ
حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ يَعْنِي عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ عَمْرٍو حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
بْنُ بِلَالٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي أَسِيدٍ عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ
الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
Hasud atau dengki adalah sifat yang sangat
tercela dan berbahaya bagi seorang muslim. Penyakit hati yang satu ini bisa
menimbulkan berbagai penyakit hati lainnya, merusak persaudaraan, menimbulkan
permusuhan dan mematikan kreatifitas. Oleh sebab itu pula kita harus selalu
memohon perlindungan pada Allah dari sifat yang satu ini. Sebagaimana
firman-Nya:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
الْفَلَقِ. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ .وَمِن شَرِّ
النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ .وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
.
Katakanlah:
“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya,
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan
peniup-peniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (QS. Al-Falaq: 1-5)
Arti hasad atau dengki ialah apabila
seseorang merasa sempit hati, serta kurang senang melihat orang lain memperoleh
nikmat/karunia dari Allah, baik dalam urusan agama ataupun dunia, serta mengharapkan
hilangnya nikmat dari orang tersebut, senang melihat orang lain susah, tidak
mempunyai rahmat dan belas kasihan serta suka berprasangka buruk terhadap orang
lain. Semua itu ialah sifat-sifat yang membinasakan.
Menurut Imam Al-Ghazali hasad memiliki dua
tingkatan: pertama, Anda tidak suka orang lain mendapatkan nikmat dan Anda
ingin menghilangkannya; kedua, keinginan memperoleh nikmat serupa yang dimiliki
orang lain, tanpa bermaksud atau berharap hilangnya nikmat itu pada orang lain,
ini yang biasa disebut dengan istilah ghibthah.
1.
Macam-Macam Hasud
Sabda Nabi لاَ تَحَاسَدُوْا, artinya, jangan sebagian kalian
dengki kepada sebagian yang lain. Sifat dengki sering muncul watak manusia, hal
ini karena manusia tidak suka diungguli orang lain dalam kebaikan apa pun. Menurut
Imam Al-Ghazali, hasud itu terdiri dari
3 macam:
- Menginginkan
agar kenikmatan orang lain itu hilang dan ia dapat menggantikannya.
- Menginginkan
agar kenikmatan orang lain itu hilang, sekalipun ia tidak dapat
menggantikannya, baik karena merasa mustahil bahwa dirinya akan dapat
menggantikannya atau memang kurang senang memperolehnya atau sebab lain-lain.
Pokoknya asal orang itu jatuh, ia gembira. Ini adalah lebih jahat dari
kedengkian yang pertama.
- Tidak
ingin kalau kenikmatan orang lain itu hilang, tetapi ia benci kalau orang itu
akan melebihi kenikmatan yang dimilikinya sendiri. Inipun terlarang, sebab ia jelas tidak
ridha dengan apa-apa yang telah dibagikan oleh Allah.
Ketiga jenis hasud di
atas sangat tercela, seperti kita ketahui bahwa yang menyebabkan Iblis mendapat
laknat Allah juga karena adanya sifat dengki ini, ia tidak mau sujud pada Nabi
Adam, karena Iblis tidak rela Adam mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah,
kesombongan Iblis membuatnya merasa dengki pada Adam dan berusaha terus-menerus
untuk mengeluarkan Adam dari surga. Begitu pula yang terjadi pada keturunan
Adam, kedengkianlah yang menyebabkan pembunuhan pertama di muka bumi oleh Qabil
pada Habil. Kedengkian pula lah yang melekat pada orang-orang Yahudi, mereka
tidak pernah rela apabila manusia beriman kepada Allah dan menjadi muslim yang
taat. Sebagaimana
firman-Nya:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا
حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah
mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (QS.
Al-Baqarah: 109)
Namun ada juga sifat dengki yang di
perbolehkan, imam Al-Ghazali menamakannya dengan ghibtah atau mufasah.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi SAW:
عن ابنِ مسعودٍ رضيَ اللهُ
عنه قال: سمعتُ النبيِّ صلى الله عليه وسلم يقول لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي
اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتاهُ اللهُ مالاً فَسَلَّطَهُ عَلىَ هَلَكتهِ في الحَقِّ،
ورَجُلٍ آتاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقضِي بِهَا ويُعلِّمها. (رواه البخاري(
Dari Ibnu
Mas’ud r.a, Rasulullah S.a.w bersabda: Tidak dibenarkan hasad kecuali dalam dua
hal; terhadap seseorang yang diberi anugerah oleh Allah berupa harta lalu dia
menafkahkannya di jalan yang benar, dan terhadap seseorang yang diberi anugerah
ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. (HR.
Bukhari )
Dari hadits ini, Nabi SAW memberikan penjelasan kepada
kita bahwa yang boleh membuat kita hasud dari orang lain adalah amal shalehnya,
bukan kebendaannya. Kita boleh hasud kepada orang kaya, tetapi bukan karena kekayaannya
melainkan perbuatannya menafkahkan kekayaannya itu di jalan yang benar.
Demikian pula dengan ilmu, kita diperbolehkan hasud kepada orang yang berilmu, tentu
saja bukan karena ilmunya, melainkan karena perbuatannya dalam mengamalkan dan
mengajarkan ilmunya pada orang lain...
2. Penyebab
Hasud
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum
Ad-Din,
ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit dengki, yaitu:
a. Permusuhan dan kebencian. Ini adalah sebab yang paling
banyak menimbulkan kedengkian. Karena siapa yang disakiti oleh seseorang,
hatinya pasti marah lalu membenci orang yang menyakitinya itu, maka tertanamlah
bibit dengki dalam dirinya. Dengki mengundang perlakuan yang agresif untuk
memuaskan hatinya. Intinya penyakit dengki ini senantiasa berbarengan dengan
marah, kebencian dan permusuhan..
b. Merasa mulia.
Dia tidak rela kalau ada orang lain melebihinya. Kalau ada orang lain yang
mendapat pangkat, ilmu dan harta atau lainnya yang lebih mulia dari dirinya,
dia tidak merasa senang, merasa dirinya terusik dan tersaingi. sehingga timbul
kedengkian dalam hatinya.
c. Sombong (takabur).
Seseorang yang sombong selalu membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Dia
ingin orang lain selalu mengikutinya, menuruti perintahnya. Dia takut kalau ada
orang lain yang mendapat kemuliaan seperti dirinya, karena dia khawatir
kehilangan pengikutnya.
d. Ujub atau merasa diri paling pantas dimuliakan. Sifat
‘ujub inilah yang merusak umat-umat terdahulu, sehingga mereka merasa dengki
terhadap rasul-rasul mereka yang di beri kemuliaan oleh Allah.
e. Berlomba-lomba untuk memperoleh sesuatu atau meraih
posisi tertentu. Dalam posisi ini biasanya timbul persaingan tidak sehat dan
saling menjatuhkan karena kedengkian pada pesaingnya.
f.
Keburukan jiwa. Hati yang kotor dihinggapi sifat
dengki, dia merasa senang jika melihat orang lain susah dan merasa susah jika
melihat orang lain senang.
3. Dampak
Hasud
Sebagaimana disebutkan dalam hadits ketiga pada
pembahasan makalah ini, dampak dari hasud adalah habisnya amal kebaikan.
seperti api memakan kayu bakar. Sia-sia orang yang bersifat hasud karena amal
baiknya habis terkikis. Selain itu, ada beberapa dampak hasud lainnya,
diantaranya sebagai berikut:
a. Dampak
Bagi Keimanan
- Orang yang bersifat hasud berarti dia tidak ridha
dengan pembagian nikmat dan karunia dari Allah bagi hamba-hamba-Na. Dia
membenci ketetapan Allah, dengan demikian secara tidak langsung ia juga
membenci Sang Pemberi Nikmat itu sendiri. Dan ini bukanlah sifat orang yang
beriman, bahkan lebih cenderung mendekati kekufuran. Padahal sekuat apapun
hasud, tidak akan bisa menghalangi nikmat dan karunia yang Allah berikan pada
seseorang.
- Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 109,
bahwa hasud adalah sifat orang-orang Yahudi dan bukan sifat orang beriman.
Dengan demikian, bersifat hasud berarti menyerupai orang-orang Yahudi.
Sedangkan Rasulullah SAW sendiri melarang seorang muslim untuk tasyabuh dengan
orang-orang kafir.
- Menyerupai orang munafik. Perilaku dan sikap pendengki
mirip perilaku orang-orang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah
selalu mencerca dan mencaci apa yang dilakukan orang lain terutama yang
didengkinya. Jangankan yang tampak buruk, yang nyata-nyata baik pun akan
dikecam dan dianggap buruk. Allah menggambarkan perilaku itu sebagai perilaku
orang munafik. Abi Mas’ud Al-Anshari –semoga Allah meridhainya– mengatakan,
saat turun ayat tentang infaq para sahabat mulai memberikan infaq. Ketika ada
orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang munafik
mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam
jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak butuh dengan infak yang kecil
itu. Maka turunlah ayat 79 At-Taubah. (Bukhari dan Muslim)
- Tidak dapat melihat kebenaran. Dengki membuat
pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri; dan
tidak dapat melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang
terang benderang menjadi kelam tertutup mega kedengkian. Apa pun yang
dikatakan, apa pun yang dilakukan, dan apa pun yang datang dari orang yang
dibenci dan didengkinya adalah salah dan tidak baik. Akhirnya, dia tidak dapat
melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana yang disebutkan dalam ayat,
“Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar:18)
- Sifat hasud dapat menghilangkan
kesempurnaan iman, karena ia
tidak menyukai orang lain mendapat kenikmatan dan kebahagiaan. Dan hal ini
tidak sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
لَا
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُـحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُـحِبُّ لِنَفْسِهِ
- Sifathasud dapat melalaikan seseorang dari
memohon nikmat kepada Allah. Karena dia meremehkan nikmat Allah yang ada pada dirinya.
b. Dampak
Secara Psikologis
- Orang yang
hasud akan selalu merasa sedih dan susah, tertekan serta frustrasi, karena orang yang dengki perilakunya sering tidak terkendali.
Dia selalu terjebak dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan
menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia membayangkan akan
merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan
sebaliknya, mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Sedangkan
apa yang telah ditentukan Allah tidak akan bisa di ubah oleh siapapun.
- Meruntuhkan
kredibilitas. Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan
melakukan propaganda busuk, hasutan, dan demarketing kepada pihak lain, jangan
berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang terpengaruh hanyalah
orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak dapat berpikir
objektif, atau memang sudah “satu frekuensi” dengan si pendengki. Akan tetapi
banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan
berusaha berpikir objektif. Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan
kebencian itu, bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu
kebusukan hati si pendengki. Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak
senang dengan fitnah, isu murahan, atau intrik-intrik pecundang. Di mata mereka
orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah simpatik dan tidak mengundang
keberpihakan.
- Tidak mampu
memperbaiki diri sendiri. Orang yang dengki, manakala mengalami kekalahan dan
kegagalan dalam perjuangan cenderung mencari-cari kambing hitam. Ia menuduh
pihak luar sebagai biang kegagalan dan bukannya melakukan muhasabah
(introspeksi). Semakin larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain akan
semakin habis waktunya dan semakin terkuras potensinya hingga tak mampu
memperbaiki diri. Dan tentu saja sikap ini hanya akan menambah keterpurukan dan
sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan
kemenangan yang didambakannya.
- Membebani diri
sendiri. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri dengki hidupnya
menanggung beban berat yang tidak seharusnya ada. Bayangkan, setiap melihat
orang lain yang didengkinya dengan segala kesuksesannya, mukanya akan menjadi
tertekuk, lidahnya mengeluarkan sumpah serapah, bibirnya berat untuk tersenyum,
dan yang lebih bahaya hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci,
curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Enakkah
kehidupan yang penuh dengan perasaan itu? Tentu saja menyesakkan. Dalam bahasa
Al-Qur’an, bumi yang luas ini dirasakan sumpek. Seperti layaknya penyakit,
ketika dipelihara akan mendatangkan penyakit lainnya. Demikian pula penyakit
hati yang bernama iri dengki. Bila dia tidak dihilangkan akan mengundang
penyakit-penyakit lainnya. Maha Benar Allah yang telah berfirman, “Di dalam
hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada mereka penyakit
(lainnya).” (Al-Baqarah: 10)
c. Dampak
Bagi Kesehatan
- Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa orang yang
hasud akan selalu berfikiran negatif pada orang yang didengkinya. Padahal
berfikiran negatif sangat buruk bagi kesehatan, sebagaimana diungkapkan ilmuwan
asal Jepang, Prof. Masaru Emoto dalam bukunya Efek kesehatan dari pikiran
negatif mengatakan jika sering membiarkan diri kita stress maka kita akan
mengalami gangguan pencernaan, jika sering membiarkan rasa takut yang
berlebihan, akan mudah terkena penyakit ginjal dan jika suka marah bisa sakit
hepatitis.
- Berdasarkan penelitiannya, Dr. Hamid Al-Gaubi mencatat
dampak buruk sifat dengki terhadap kesehatan tubuh, antara lain :
- Gangguan pada kelenjar Pankreas
- Menimbulkan penyakit susah tidur (insomnia)
- Membuat badan merasa letih, capek, tidak ada nafsu
makan, berat badan menurun.
- Timbul rasa nyeri di dada
- Pusing dan telinga berdengung
- Dapat memperparah luka lambung
- Perubahan raut muka yang mengkerut
4. Cara
Mengobati Hasud
Penyakit dengki ini memang termasuk
penyakit hati yang sangat berat dan berbahaya. Oleh karena itu, kita harus
selalu berusaha membersihkan hati kita dari sifat dengki ini. Berikut ini
adalah diantara beberapa cara untuk mengobati hati dari penyakit dengki.
- Yang paling utama tentu saja kita mesti berdo’a,
memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah. Karena hanya Allah lah yang
paling tahu keadaan hati hamba-hamba-Nya dan hanya Dia yang Maha Kuasa untuk
membersihkan hati kita.
- Untuk menghilangkan dengki, kita mesti mengetahui
bahayanya, baik di dunia, secara psikologis dan kesehatan maupun di akhirat
nanti, bagaimana orang yang berpenyakit hasud akan menghadapi mizan dan
shirath, hari dimana tak ada yang tersembunyi sedikitpun dari diri kita dan tak
ada amal sekecil apapun yang luput dari pengadilan Allah. Merenunginya secara
mendalam, agar kita bisa bermuhasabah dan punya tekad yang kuat untuk
menghilangkan sifat dengki dari dalam hati kita.
- Dengan banyak beramal baik, memaksakan diri dengan
melakukan amal kebaikan kepada orang yang kita dengki. Lakukan yang sebaliknya
dari kedengkian, sambil memohon pertolongan Allah agar kedengkian itu semakin
terkikis dan hilang sama sekali dari dalam hati.
- Selalu mengingat mati, ini adalah salah satu cara yang
ampuh dari Rasulullah SAW. Dengan mengingat kematian, berarti kita juga
mengingat apa yang akan terjadi setelahnya.
- Selalu berfikir jernih dan menahan emosi dengan sekuat
tenaga, karena rasa marah ini selalu berujung kedengkian.
- Tidak membalas kejelekan orang dengan keburukan,
selalu berusaha bersikap ramah, lembut, memulai salam dan tidak sinis.
- Selalu berusaha memaafkan semua kesalahan orang yang
di sengaja ataupun tak di sengaja, menjaga tali silaturahmi dan senantiasa
berbaik sangka.
Hasud atau dengki sangat berbahaya
bagi manusia, khususnya seorang muslim, karena selain merusak keimanan,
menimbulkan kebencian, permusuhan, memutus silaturahmi dan persaudaraan, juga
secara psikologis dan kesehatan dampaknya sangat merugikan serta sangat berat
bagi kehidupan. Tentu saja kerugian di dunia ini jauh lebih kecil dibandingkan
kerugian yang akan di derita di akhirat kelak, siapa yang tidak takut dengan
siksa Allah yang amat pedih bagi para pendengki?.
Sejak zaman dahulu, sebelum
Rasulullah SAW datang membawa cahaya Islam di Mekkah, penyakit hasud ini sudah
menghinggapi umat-umat terdahulu, sehingga membinasakan mereka. Dalam penutup
makalah ini penulis cantumkan sebuah hadits tentang hal itu, sekaligus solusi
praktis dari Rasulullah SAW bagaimana mengatasi penyakit dengki ini, agar
menjadi renungan bagi kita semua. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ
أَنْبَأَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ يَعِيشَ بْنِ
الْوَلِيدِ بْنِ هِشَامٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي
كَثِيرٍ عَنْ يَعِيشَ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ هِشَامٍ عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ
الْعَوَّامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ الْحَسَدُ
وَالْبَغْضَاءُ وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ حَالِقَةُ الدِّينِ لَا
حَالِقَةُ الشَّعَرِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُّوا أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ
أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Telah menceritakan Yazid Bin
Harun, Hisyam mengabarkan dari Yahya Bin Abi Katsir dari Ya’isy Bin Al-Walid
Bin Hisyam dan Abu Mu’awiyah Syaiban dari Yahya Bin Abi Katsir dari Ya’isy Bin
Al-Walid Bin Hisyam dari Zubair Bin Awam ra. sesungguhnya ia mengatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “Penyakit umat-umat sebelum kalian
telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong
agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian
aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai?
Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Ahmad, hadits no. 1338)
sumber : http://addriadis.blogspot.com/2013/02/dampak-hasud-secara-medis-psikologis.html