Rabu, 23 Oktober 2013

DAMPAK HASUD SECARA MEDIS & PSIKOLOGIS

Hadits di bawah ini terdapat dalam sunan Tirmidzi, hadits nomor 1858. Imam Tirmidzi mengatakan derajat hadits ini hasan shahih. Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzy Syarah Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa hadits ini diriwatkan pula oleh Malik, Al-Bukhari (bab adab, hadits no 5604), Abu Dawud (bab adab, hadits no 4264), An-Nasa’I dan Muslim (bab al-birru wa ash-shilah, hadits no 4642).
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ الْعَطَّارُ وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَالزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ وَابْنِ مَسْعُودٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ
 Adapun hadits dari Abu Bakar Ash-Shidiq diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, hadits dari Jubair bin Awwam diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Bazzar dengan sanad jayyid, juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqy. Adapun hadits dari Ibnu Umar diriwayatkan oleh At-Tirmidzy setelah hadits di atas, hadits dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi juga meriwayatkannya  secara ringkas dalam bab prasangka buruk[1].
Karena hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, tak diragukan lagi oleh mayoritas umat Islam bahwa kedua kitab hadits ini merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Karena hadits-hadits dalam kedua kitab ini terkenal dengan shahih dan marfu’ dengan para rawi yang adil dan dlabit.


[1] Abu Al-‘Ula Muhammad Abdurrahman Bin Abdurrahim Al-Mubarakfury, Tuhfatul Ahwadzy BI
   Syarh Jami’ At-Tirmidzi, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, tt), juz 6, hlm. 55-56


Dua hadits tentang hasud berikutnya diriwayatkan melalui jalur Abu Hurairah dan Anas Bin Malik dan keduanya dinilai shahih dan hasan lighairihi oleh ahli hadits 
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ


حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ يَعْنِي عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ عَمْرٍو حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي أَسِيدٍ عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ

Hasud atau dengki adalah sifat yang sangat tercela dan berbahaya bagi seorang muslim. Penyakit hati yang satu ini bisa menimbulkan berbagai penyakit hati lainnya, merusak persaudaraan, menimbulkan permusuhan dan mematikan kreatifitas. Oleh sebab itu pula kita harus selalu memohon perlindungan pada Allah dari sifat yang satu ini. Sebagaimana firman-Nya:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ .وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ .وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ 
.
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan peniup-peniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (QS. Al-Falaq: 1-5)[1]
Arti hasad atau dengki ialah apabila seseorang merasa sempit hati, serta kurang senang melihat orang lain memperoleh nikmat/karunia dari Allah, baik dalam urusan agama ataupun dunia, serta mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut, senang melihat orang lain susah, tidak mempunyai rahmat dan belas kasihan serta suka berprasangka buruk terhadap orang lain. Semua itu ialah sifat-sifat yang membinasakan[2].
Menurut Imam Al-Ghazali hasad memiliki dua tingkatan: pertama, Anda tidak suka orang lain mendapatkan nikmat dan Anda ingin menghilangkannya; kedua, keinginan memperoleh nikmat serupa yang dimiliki orang lain, tanpa bermaksud atau berharap hilangnya nikmat itu pada orang lain, ini yang biasa disebut dengan istilah ghibthah[3].

[1] Departemen Agama RI., Al-Quran Dan Terjemahnya. (Semarang: CV. Toha Putra, 1990). Hal. 1120
[2] Ustadz Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf, Menjauihi Sifat Dengki (Online:   hffp://pondokhabib. wordpress. com)
[3] Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulum Ad-Din, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, tt), juz 3, hlm. 189

1. Macam-Macam Hasud 
            Sabda Nabi لاَ تَحَاسَدُوْا, artinya, jangan sebagian kalian dengki kepada sebagian yang lain. Sifat dengki sering muncul watak manusia, hal ini karena manusia tidak suka diungguli orang lain dalam kebaikan apa pun. Menurut Imam Al-Ghazali, hasud itu terdiri dari  3 macam:

  • Menginginkan agar kenikmatan orang lain itu hilang dan ia dapat menggantikannya.
  • Menginginkan agar kenikmatan orang lain itu hilang, sekalipun ia tidak dapat menggantikannya, baik karena merasa mustahil bahwa dirinya akan dapat menggantikannya atau memang kurang senang memperolehnya atau sebab lain-lain. Pokoknya asal orang itu jatuh, ia gembira. Ini adalah lebih jahat dari kedengkian yang pertama.
  • Tidak ingin kalau kenikmatan orang lain itu hilang, tetapi ia benci kalau orang itu akan melebihi kenikmatan yang dimilikinya sendiri. Inipun terlarang, sebab ia jelas tidak ridha dengan apa-apa yang telah dibagikan oleh Allah[1].
Ketiga jenis hasud di atas sangat tercela, seperti kita ketahui bahwa yang menyebabkan Iblis mendapat laknat Allah juga karena adanya sifat dengki ini, ia tidak mau sujud pada Nabi Adam, karena Iblis tidak rela Adam mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah, kesombongan Iblis membuatnya merasa dengki pada Adam dan berusaha terus-menerus untuk mengeluarkan Adam dari surga. Begitu pula yang terjadi pada keturunan Adam, kedengkianlah yang menyebabkan pembunuhan pertama di muka bumi oleh Qabil pada Habil. Kedengkian pula lah yang melekat pada orang-orang Yahudi, mereka tidak pernah rela apabila manusia beriman kepada Allah dan menjadi muslim yang taat. Sebagaimana firman-Nya:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 109)[2]
            
Namun ada juga sifat dengki yang di perbolehkan, imam Al-Ghazali menamakannya dengan ghibtah atau mufasah. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi SAW:
عن ابنِ مسعودٍ رضيَ اللهُ عنه قال: سمعتُ النبيِّ صلى الله عليه وسلم يقول لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتاهُ اللهُ مالاً فَسَلَّطَهُ عَلىَ هَلَكتهِ في الحَقِّ، ورَجُلٍ آتاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقضِي بِهَا ويُعلِّمها. (رواه البخاري([3]
Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah S.a.w bersabda: Tidak dibenarkan hasad kecuali dalam dua hal; terhadap seseorang yang diberi anugerah oleh Allah berupa harta lalu dia menafkahkannya di jalan yang benar, dan terhadap seseorang yang diberi anugerah ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. (HR. Bukhari ) 
Dari hadits ini, Nabi SAW memberikan penjelasan kepada kita bahwa yang boleh membuat kita hasud dari orang lain adalah amal shalehnya, bukan kebendaannya. Kita boleh hasud kepada orang kaya, tetapi bukan karena kekayaannya melainkan perbuatannya menafkahkan kekayaannya itu di jalan yang benar. Demikian pula dengan ilmu, kita diperbolehkan hasud kepada orang yang berilmu, tentu saja bukan karena ilmunya, melainkan karena perbuatannya dalam mengamalkan dan mengajarkan ilmunya pada orang lain...
2. Penyebab Hasud
            Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum Ad-Din[4], ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit dengki, yaitu:
a.   Permusuhan dan kebencian. Ini adalah sebab yang paling banyak menimbulkan kedengkian. Karena siapa yang disakiti oleh seseorang, hatinya pasti marah lalu membenci orang yang menyakitinya itu, maka tertanamlah bibit dengki dalam dirinya. Dengki mengundang perlakuan yang agresif untuk memuaskan hatinya. Intinya penyakit dengki ini senantiasa berbarengan dengan marah, kebencian dan permusuhan..
b.   Merasa mulia. Dia tidak rela kalau ada orang lain melebihinya. Kalau ada orang lain yang mendapat pangkat, ilmu dan harta atau lainnya yang lebih mulia dari dirinya, dia tidak merasa senang, merasa dirinya terusik dan tersaingi. sehingga timbul kedengkian dalam hatinya.
c.     Sombong (takabur). Seseorang yang sombong selalu membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Dia ingin orang lain selalu mengikutinya, menuruti perintahnya. Dia takut kalau ada orang lain yang mendapat kemuliaan seperti dirinya, karena dia khawatir kehilangan pengikutnya.
d.   Ujub atau merasa diri paling pantas dimuliakan. Sifat ‘ujub inilah yang merusak umat-umat terdahulu, sehingga mereka merasa dengki terhadap rasul-rasul mereka yang di beri kemuliaan oleh Allah.
e.      Berlomba-lomba untuk memperoleh sesuatu atau meraih posisi tertentu. Dalam posisi ini biasanya timbul persaingan tidak sehat dan saling menjatuhkan karena kedengkian pada pesaingnya.
f.       Keburukan jiwa. Hati yang kotor dihinggapi sifat dengki, dia merasa senang jika melihat orang lain susah dan merasa susah jika melihat orang lain senang.
3. Dampak Hasud
            Sebagaimana disebutkan dalam hadits ketiga pada pembahasan makalah ini, dampak dari hasud adalah habisnya amal kebaikan. seperti api memakan kayu bakar. Sia-sia orang yang bersifat hasud karena amal baiknya habis terkikis. Selain itu, ada beberapa dampak hasud lainnya, diantaranya sebagai berikut:
a. Dampak Bagi Keimanan
  1. Orang yang bersifat hasud berarti dia tidak ridha dengan pembagian nikmat dan karunia dari Allah bagi hamba-hamba-Na. Dia membenci ketetapan Allah, dengan demikian secara tidak langsung ia juga membenci Sang Pemberi Nikmat itu sendiri. Dan ini bukanlah sifat orang yang beriman, bahkan lebih cenderung mendekati kekufuran. Padahal sekuat apapun hasud, tidak akan bisa menghalangi nikmat dan karunia yang Allah berikan pada seseorang.
  2. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 109, bahwa hasud adalah sifat orang-orang Yahudi dan bukan sifat orang beriman. Dengan demikian, bersifat hasud berarti menyerupai orang-orang Yahudi. Sedangkan Rasulullah SAW sendiri melarang seorang muslim untuk tasyabuh dengan orang-orang kafir.
  3. Menyerupai orang munafik. Perilaku dan sikap pendengki mirip perilaku orang-orang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah selalu mencerca dan mencaci apa yang dilakukan orang lain terutama yang didengkinya. Jangankan yang tampak buruk, yang nyata-nyata baik pun akan dikecam dan dianggap buruk. Allah menggambarkan perilaku itu sebagai perilaku orang munafik. Abi Mas’ud Al-Anshari –semoga Allah meridhainya– mengatakan, saat turun ayat tentang infaq para sahabat mulai memberikan infaq. Ketika ada orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang munafik mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak butuh dengan infak yang kecil itu. Maka turunlah ayat 79 At-Taubah. (Bukhari dan Muslim)
  4. Tidak dapat melihat kebenaran. Dengki membuat pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri; dan tidak dapat melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang terang benderang menjadi kelam tertutup mega kedengkian. Apa pun yang dikatakan, apa pun yang dilakukan, dan apa pun yang datang dari orang yang dibenci dan didengkinya adalah salah dan tidak baik. Akhirnya, dia tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, “Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar:18)
  • Sifat hasud dapat menghilangkan kesempurnaan iman, karena ia tidak menyukai orang lain mendapat kenikmatan dan kebahagiaan. Dan hal ini tidak sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُـحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُـحِبُّ لِنَفْسِهِ
  •   Sifathasud dapat melalaikan seseorang dari memohon nikmat kepada Allah. Karena dia meremehkan nikmat Allah yang ada pada dirinya.
b. Dampak Secara Psikologis
  • Orang yang hasud akan selalu merasa sedih dan susah, tertekan serta frustrasi, karena orang yang dengki perilakunya sering tidak terkendali. Dia selalu terjebak dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan sebaliknya, mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Sedangkan apa yang telah ditentukan Allah tidak akan bisa di ubah oleh siapapun.
  • Meruntuhkan kredibilitas. Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan melakukan propaganda busuk, hasutan, dan demarketing kepada pihak lain, jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak dapat berpikir objektif, atau memang sudah “satu frekuensi” dengan si pendengki. Akan tetapi banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan berusaha berpikir objektif. Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu, bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki. Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah, isu murahan, atau intrik-intrik pecundang. Di mata mereka orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah simpatik dan tidak mengundang keberpihakan.
  • Tidak mampu memperbaiki diri sendiri. Orang yang dengki, manakala mengalami kekalahan dan kegagalan dalam perjuangan cenderung mencari-cari kambing hitam. Ia menuduh pihak luar sebagai biang kegagalan dan bukannya melakukan muhasabah (introspeksi). Semakin larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain akan semakin habis waktunya dan semakin terkuras potensinya hingga tak mampu memperbaiki diri. Dan tentu saja sikap ini hanya akan menambah keterpurukan dan sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan kemenangan yang didambakannya.
  • Membebani diri sendiri. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri dengki hidupnya menanggung beban berat yang tidak seharusnya ada. Bayangkan, setiap melihat orang lain yang didengkinya dengan segala kesuksesannya, mukanya akan menjadi tertekuk, lidahnya mengeluarkan sumpah serapah, bibirnya berat untuk tersenyum, dan yang lebih bahaya hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci, curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Enakkah kehidupan yang penuh dengan perasaan itu? Tentu saja menyesakkan. Dalam bahasa Al-Qur’an, bumi yang luas ini dirasakan sumpek. Seperti layaknya penyakit, ketika dipelihara akan mendatangkan penyakit lainnya. Demikian pula penyakit hati yang bernama iri dengki. Bila dia tidak dihilangkan akan mengundang penyakit-penyakit lainnya. Maha Benar Allah yang telah berfirman, “Di dalam hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada mereka penyakit (lainnya).” (Al-Baqarah: 10)
c. Dampak Bagi Kesehatan
  1. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa orang yang hasud akan selalu berfikiran negatif pada orang yang didengkinya. Padahal berfikiran negatif sangat buruk bagi kesehatan, sebagaimana diungkapkan ilmuwan asal Jepang, Prof. Masaru Emoto dalam bukunya Efek kesehatan dari pikiran negatif mengatakan jika sering membiarkan diri kita stress maka kita akan mengalami gangguan pencernaan, jika sering membiarkan rasa takut yang berlebihan, akan mudah terkena penyakit ginjal dan jika suka marah bisa sakit hepatitis.
  2. Berdasarkan penelitiannya, Dr. Hamid Al-Gaubi mencatat dampak buruk sifat dengki terhadap kesehatan tubuh, antara lain :
  • Gangguan pada kelenjar Pankreas
  • Menimbulkan penyakit susah tidur (insomnia)
  • Membuat badan merasa letih, capek, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun.
  • Timbul rasa nyeri di dada
  • Pusing dan telinga berdengung
  • Dapat memperparah luka lambung
  • Perubahan raut muka yang mengkerut[5]
4. Cara Mengobati Hasud
            Penyakit dengki ini memang termasuk penyakit hati yang sangat berat dan berbahaya. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha membersihkan hati kita dari sifat dengki ini. Berikut ini adalah diantara beberapa cara untuk mengobati hati dari penyakit dengki.
  • Yang paling utama tentu saja kita mesti berdo’a, memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah. Karena hanya Allah lah yang paling tahu keadaan hati hamba-hamba-Nya dan hanya Dia yang Maha Kuasa untuk membersihkan hati kita.
  • Untuk menghilangkan dengki, kita mesti mengetahui bahayanya, baik di dunia, secara psikologis dan kesehatan maupun di akhirat nanti, bagaimana orang yang berpenyakit hasud akan menghadapi mizan dan shirath, hari dimana tak ada yang tersembunyi sedikitpun dari diri kita dan tak ada amal sekecil apapun yang luput dari pengadilan Allah. Merenunginya secara mendalam, agar kita bisa bermuhasabah dan punya tekad yang kuat untuk menghilangkan sifat dengki dari dalam hati kita.
  • Dengan banyak beramal baik, memaksakan diri dengan melakukan amal kebaikan kepada orang yang kita dengki. Lakukan yang sebaliknya dari kedengkian, sambil memohon pertolongan Allah agar kedengkian itu semakin terkikis dan hilang sama sekali dari dalam hati.
  • Selalu mengingat mati, ini adalah salah satu cara yang ampuh dari Rasulullah SAW. Dengan mengingat kematian, berarti kita juga mengingat apa yang akan terjadi setelahnya.
  • Selalu berfikir jernih dan menahan emosi dengan sekuat tenaga, karena rasa marah ini selalu berujung kedengkian.
  • Tidak membalas kejelekan orang dengan keburukan, selalu berusaha bersikap ramah, lembut, memulai salam dan tidak sinis.
  • Selalu berusaha memaafkan semua kesalahan orang yang di sengaja ataupun tak di sengaja, menjaga tali silaturahmi dan senantiasa berbaik sangka.
    
            Hasud atau dengki sangat berbahaya bagi manusia, khususnya seorang muslim, karena selain merusak keimanan, menimbulkan kebencian, permusuhan, memutus silaturahmi dan persaudaraan, juga secara psikologis dan kesehatan dampaknya sangat merugikan serta sangat berat bagi kehidupan. Tentu saja kerugian di dunia ini jauh lebih kecil dibandingkan kerugian yang akan di derita di akhirat kelak, siapa yang tidak takut dengan siksa Allah yang amat pedih bagi para pendengki?.
            Sejak zaman dahulu, sebelum Rasulullah SAW datang membawa cahaya Islam di Mekkah, penyakit hasud ini sudah menghinggapi umat-umat terdahulu, sehingga membinasakan mereka. Dalam penutup makalah ini penulis cantumkan sebuah hadits tentang hal itu, sekaligus solusi praktis dari Rasulullah SAW bagaimana mengatasi penyakit dengki ini, agar menjadi renungan bagi kita semua. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَنْبَأَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ يَعِيشَ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ هِشَامٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ يَعِيشَ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ هِشَامٍ عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ حَالِقَةُ الدِّينِ لَا حَالِقَةُ الشَّعَرِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَفَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ[6]
Telah menceritakan Yazid Bin Harun, Hisyam mengabarkan dari Yahya Bin Abi Katsir dari Ya’isy Bin Al-Walid Bin Hisyam dan Abu Mu’awiyah Syaiban dari Yahya Bin Abi Katsir dari Ya’isy Bin Al-Walid Bin Hisyam dari Zubair Bin Awam ra. sesungguhnya ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Ahmad, hadits no. 1338)

sumber : http://addriadis.blogspot.com/2013/02/dampak-hasud-secara-medis-psikologis.html